Lokakarya Peduli Musik Anak

Dalam beberapa tahun terakhir gejala “hilangnya lagu anak” menjadi isu yang cukup hangat dan mencemaskan orang-tua yang peduli dengan lagu untuk anak. Yang memilukan, gejala ini ternyata menular juga ke sekolah-sekolah, khususnya PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) atau Taman Bermain. Bahkan tempat bermain anak dan hiburan keluarga (yang biasanya menyertakan banyak anak) bukannya menyediakan materi lagu-lagu anak (misalnya untuk acara “ulang-tahun”), malah memeriahkan acara dengan memasukkan katalog lagu-lagu dewasa.

Menurut pengamatan PMA, lagu anak sebenarnya tidaklah “hilang” tetapi disisihkan dari peredaran pasar industri musik dan hiburan saja. Penyisihan ini mempengaruhi gencarnya perangkat promosi dan eksploitasi lagu anak secara massal serta menyurutkan tayangan-tayangan media massa konvensional yang biasanya merayu mata dan telinga kita (baca: orang dewasa).

Dengan perkembangan teknologi dan budaya media sosial saat ini, kita bisa goggling kata kunci “lagu anak” untuk mendapatkan sejumlah lagu anak yang kita bisa pilah dan pilih sesuai kebutuhan kita. Untuk lagu anak berbahasa Indonesia, ada ratusan karya cipta Pak A.T. Mahmud, Ibu Soed, Pak Kasur, dan lainnya, dalam beragam aransemen yang dapat digunakan sebagai materi pengajaran. Lagu-lagu tersebut bahkan layak digunakan untuk pengasuhan di rumah atau lingkungan bermain, termasuk konsep hiburan keluarga (edutainment). Untuk lagu berbahasa Inggris, kita bisa memasukkan kata kunci “nursery rhymes”.

Salah kaprah dan pengabaian fungsi musik anak – musik sebagai sarana hiburan semata – menyebabkan proses “pilah-pilih” terabaikan pula. Di era “kepiawaian memilah informasi” yang menjadi tuntutan utama, para orang dewasa dan pendidik justru tidak menyadari bahwa ada kategorisasi fungsi pendidikan dan pengasuhan untuk memilah serta memilih musik atau lagu anak.

Karena menduga bahwa fungsi musik atau lagu anak tidak dikenal oleh masyarakat awam maupun pendidik PAUD, maka Peduli Musik Anak merasa perlu menjadikan tahapan lokakarya sebagai bagian terpadu dalam gerakan sosialisasinya. Bentuk (lokakarya) ini dianggap lebih mengena karena musik tidak boleh dijadikan sebagai bahan diskusi saja, tetapi juga harus dialami untuk memahaminya (secara fungsional). Inilah yang dimaksudkan oleh Frank Zappa ketika ia mengatakan: “Talking about music is like dancing about architecture.”

Sejak abad 20 PAUD di Eropa dan Amerika telah memaknai musik dalam kurikulumnya; sedangkan di Indonesia, “lokakarya lagu baru” pernah membudaya sebagai diskursus guru-guru TK di era Pak A.T. Mahmud dkk. Hal ini seharusnya menjadi kebutuhan lagi di saat sekarang ini, karena lagu anak termasuk sebagai alat utama “yang menunjang” PAUD bagi para guru. Lokakarya “Rhymers are Readers: The importance of nursery rhymes” (KBYU Eleven, 2010) menegaskan bahwa salah satu tahapan yang mendasari konsep pendidikan PAUD adalah “Music Is a Must!” Sudah saatnya kita sebagai pendidik mengoptimalkan “kekuatan musik” untuk mendidik dan mengasuh anak.

Jalan Sesama @ Amerika

PMA pertama kali menyelenggarakan Lokakarya Pembuatan Lagu Pendidikan Ramah Anak  di tahun 2014 di Surabaya bagi para guru dari Himpunan PAUD Jawa Timur, dengan tujuan membagikan pengetahuan dan keterampilan tentang:

  1. Pemahaman prinsip pilah-pilih dan lantunkan
  2. Dasar Psikologi Musik Anak
  3. Struktur dan Fungsi Praktis Lagu Pendidikan
  4. Penerapan Lagu Pendidikan Ramah Anak
Posted in Lokakarya and tagged , , , , , , .

Inisiator Peduli Musik Anak