Musik dan Tari untuk Perubahan

Melanjutkan kiprah gerakan peduli musik anak tahun 2017 lampau, menjadi narasumber “Bimtek Aktualisasi potensi anak dan remaja melalui musik dan dongeng”, tahun ini sebagai Yayasan Peduli Musik Anak Indonesia yang juga didukung Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Kemendikbud, melaksanakan kembali ‘Bimtek Aktualisasi minat anak dan remaja’.

Menyelaraskan tema kali ini: “Menggunakan Musik dan Tari sebagai alat Perubahan”, kegiatan ini lebih menekankan kiat pemanfaat peminatan anak dan remaja, yang mereka sukai, sebagai alat bersosialisasi dan menentukan peran yang positif. Dengan demikian, tuntutan yang digadang-gadang atas mereka sebagai generasi emas atau agen perubahan, bukanlah sekadar penambah permasalahan remaja belaka.

Untuk pemahaman yang lebih jelas, bagi para pendidik dan orang tua (dalam rangka sinergi tiga pilar pendidikan), Karina Adistiana, M.Psi, Psi., Psikolog Pendidikan, sebagai ketua penyelenggara memaparkan pentingnya pendekatan ini pada pembukaan kegiatan(yang terlampir dalam pengantar Buku Acara).

SALAM MUSIK dan TARI untuk PERUBAHAN!

Remaja adalah calon pemimpin bangsa. “Generasi Emas 2045”, demikian istilah yang seringkali disematkan pada mereka. Istilah ini menunjukkan besarnya harapan akan remaja-remaja yang di kemudian hari mampu membawa negara dan bangsa ini menjadi lebih baik. Salah satu ciri dari pemimpin yang baik adalah peka pada lingkungannya dan terus berupaya untuk mendorong beragam perubahan. Untuk mencapai tujuan ini, remaja didorong untuk banyak mengeksplorasi lingkungan sekitarnya dan memberanikan diri dalam memikirkan aneka alternatif solusi serta mendiskusikan pemikirannya dengan orang lain.

Perkembangan pesat teknologi membuat remaja masa kini terlatih untuk cepat mencari informasi dan kreatif dalam membuat aneka kreasi dengan aneka sumber daya yang melimpah. Di satu sisi hal ini mendekatkan mereka pada isu-isu global namun juga berpotensi membuat mereka terasing dari konteks lokal. Adalah tugas orang dewasa untuk mendampingi remaja dalam memilah informasi agar dapat memanfaatkan informasi tersebut dalam pengembangan diri. Pendampingan ini juga turut diperlukan dalam memperluas minat remaja, dan membantu remaja mendampingi potensi yang mereka miliki. Artinya, pendamping dituntut pula untuk memiliki pemahaman yang baik akan remaja, serta lebih luwes/ fleksible dalam menggunakan aneka sumber belajar.

Masa remaja adalah masanya mengeksplorasi minat dan bakat. Seni seringkali menjadi pilihan bagi para remaja, termasuk seni musik dan seni tari. Tak sedikit remaja memilih seni sebagai pengisi waktu luang, sebagian bahkan sudah menampilkan keseriusan untuk menekuni bidang ini sebagai pilihan masa depan. Seni memegang peran penting bagi perkembangan psikologis manusia. Beragam penelitian menunjukkan eratnya kaitan aktivitas berkesenian dengan kesejahteraan psikologis seseorang. Hal ini sudah turut disadari oleh Ki Hajar Dewantara yang menerapkan pendidikan seni sebagai metode “menghaluskan budi”. Berkesenian adalah kegiatan yang tak melulu berkaitan dengan bakat, dan penting untuk dilakukan untuk mengimbangi tuntutan akan aspek kognitif di berbagai bidang.

Ada masa di mana orang dewasa cemas bila anak mengungkapkan cita-cita menjadi seniman. Kondisi ini sudah mulai berubah, sehingga banyak remaja yang kini memiliki kesempatan lebih besar untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya. Tempat-tempat kursus ramai dipenuhi siswa. Kegiatan-kegiatan seni turut menjamur. Namun demikian, ada pergeseran nilai di mana seni kini jadi dianggap sebagai salah satu potensi untuk mencapai kesejahteraan ekonomi di masa mendatang. Padahal, seni sendiri memiliki peran yang lebih penting sebagaimana telah dijelaskan di atas. Remaja yang meminati musik dan tari tak selalu harus berujung pada profesi  seniman. Seni dapat menjadi modal belajar dalam kegiatan sehari-hari. Seni juga bisa menjadi alat bagi mereka dalam menyuarakan pendapat, menyuarakan pemikiran dan mengekspresikan emosi. Bila diiringi dengan kepedulian dan kepekaan pada lingkungan sekitar, seni juga dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong perubahan, baik untuk diri sendiri maupun lingkungan.

Selain sebagai alat komunikasi, musik dan tari erat kaitannya dengan pendidikan. Dalam beragam penelitian, musik disebut meningkatkan kemampuan verbal, keterampilan membaca, nilai dalam pelajaran matematika, berpikir kritis, sedangkan keterampilan sosial, personal dan kreativitas lain juga terlihat pada tari. Musik dan tari, membantu remaja meregulasi emosi khususnya ketika menghadapi tekanan sosial negatif. Remaja sendiri merasa bermain musik/ menari membantu mereka mengembangkan disiplin pribadi dan yang menarik dengan iringan musik atau menampilkan tari menyamarkan batasan di antara individu-individu dari latar belakang etnis, usia, dan minat sosial yang berbeda. Anak dan remaja yang telah memiliki minat bermusik atau tari dapat diarahkan untuk berperan sebagai agen perubahan bagi lingkungan sekitarnya, apabila ia menyadari besarnya kekuatan musik/ tari dan melihat kemungkinan-kemungkinan penggunaannya sebagai media dan sumber belajar yang dapat digunakan didalam kegiatan berbasis kelas, keluarga, masyarakat.

Bimbingan teknis aktualisasi minat anak dan remaja kali ini bertujuan untuk mengajak anak-anak yang sudah memiliki minat besar terhadap musik dan tari untuk mengasah kepekaan sosialnya dan menjadikan keterampilan seni sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, komunikatif (dalam bahasa tutur dan gerak) serta kemampuan untuk berkolaborasi dengan teman sebaya. Keempat kompetensi ini adalah sebagian dari kecakapan yang diperlukan dalam abad 21, dimana setiap anak dan remaja dituntut untuk mampu menjadi generasi emas berwawasan global yang mengakar pada jati diri budayanya, serta nantinya berperan sebagai agen perubahan.

Posted in Berita, Lokakarya.