Silaturahmi Budaya

Silaturahmi Budaya

Dalam setiap sesi berbagi atau lokakarya Peduli Musik Anak (PMA), pertanyaan yang sering muncul adalah tentang pelaksanaan prinsip pilah-pilih lagu anak. Untuk menjawab pertanyaan ini, kami hanya perlu menjabarkan istilah “lagu yang baik”. Selain sederhana (mudah dimengerti dan dinyanyikan) untuk anak, nilai positif dari sebuah lagu adalah kunci utama bagi orang tua (dan pendidik) untuk memilah berbagai hal ekstramusikal (terutama lirik).

Selaras dengan penerapan pola asuh, konsistensi budaya keluarga (kedua orangtua dan orang dewasa) dalam lingkungan keluarga menjadi penentu pola penanaman nilai positif yang disepakati. Pola asuh ini akan mengantar anak untuk mengenal konsep sosialisasi saat mulai bertemanan atau, yang lebih kompleks, ketika berada dalam lingkup sosial dan pendidikan di luar rumah.

Kekayaan budaya kita – yang menghadirkan keragaman etnis dengan kepercayaannya, hasil karya bumi atau kreasi manusia – kadang menjadi konsumsi yang rumit bagi pemahaman awal anak tentang pertemanan. Kita perlu sekali memberikan pemaparan lingkungan sosial dan kondisi demografis alam yang beragam untuk memudahkan anak bersosialisasi. Bagi orang tua sendiri, hal ini menjadi pembekalan untuk menentukan dan memupuk penanaman nilai positif untuk anak.

Melalui lagu, konsumsi yang “berat” ini bisa menjadi camilan dengan asupan gizi pengasuhan yang baik dan mudah dicerna. Oleh karena itu, secara turun-temurun para tetua kita menyanyikan lagu nina bobo, lagu petatah-petitih atau pendidikan dalam “lagu dolanan” sebagai upaya penanaman nilai. Keragaman budaya kita tentu saja menghasilkan berbagai macam nilai budaya, bahkan ada yang mengajarkan anak tentang kearifan menghadapi lingkungan (misalnya, lagu “Smong” dari Aceh yang ternyata dulu menjadi rujukan atau pembelajaran menghadapi bencana Tsunami).

Sayangnya kita tidak mengenal istilah nursery rhymes untuk pendekatan kolektif tentang lagu anak, sehingga fungsi “pendidikan” untuk penanaman dan penerapan pola asuh kearifan budaya terabaikan. Dengan perkembangan teknologi dan arus budaya global yang amat pesat, lagu-lagu tersebut lambat-laun hilang ditelan rimba Nusantara yang kaya dan luas ini.

Silaturahmi Budaya Peduli Musik Anak, bekerjasama dengan komunitas lokal, mengupayakan pendekatan kunjungan ke daerah dengan memanfaatkan musik untuk mengkomunikasikan topik yang menjadi isu utama di daerah tersebut kepada anak-anak. Kegiatan ini pertama kali diadakan di Pulau Seram, provinsi Maluku, pada bulan Juni 2014, menjadi bagian dari program Yayasan Lappan guna mengajak anak-anak untuk menciptakan lagu versi mereka sendiri mengenai perdamaian. Awal tahun 2017 ini, bersama “Gerakan Anak Peduli dan Siaga Bencana” (yang digagas SimpHati) di Aceh, Lokakarya PMA menghasilkan modul “Lagu Anak Peduli Siaga Bencana” dalam bentuk demo atau contoh-terpakai sebanyak 7 (tujuh) buah lagu tematik kebencanaan atau Pengurangan Risiko Bencana.

Posted in Silaturahmi Budaya and tagged , , , , .

Inisiator Peduli Musik Anak